√ Perkembangan Lembaga Internasional dan Peran Indonesia Dalam Kerjasama Internasional - Ensiklopediasli

Kamis, 04 Juni 2015

Perkembangan Lembaga Internasional dan Peran Indonesia Dalam Kerjasama Internasional

1. Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan Peran Indonesia


KAA


Negara-negara di Asia dan Afika memiliki latar belakang sejarah yang sama, yaitu sebagai bangsa yang pernah dijajah. Hal ini menimbulkan gagasan untuk menyatukan negaa-negara Asia-Afrika. Dalam Konferensi Pancanegara di Kolombo pada tahun 1954, Mr. Ali Sastomidjojo menyampaikan gagasan-gagasan tersebut. Gagasan ini pun mendapat sambutan yang baik. Negara-negara peseta Konferensi Pancanegaa adalah Indonesia, Myanmar, India, dan Sri Lanka.

a. Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika pertama kali diselenggarakan pada tanggal 18-24 Apil 1955 di Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara. Pembukaan konferensi dilakukan oleh Presiden Soekarno. Pedana Menteri Ali Sastroamidjojo dipilih sebagai ketua sidang dan Roeslan Abdoelgani dipilih sebagai sekjen. Sidang berlangsung selama satu minggu dan menghasilkan sepuluh prinsip yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Isi Dasasila Bandung sebagai berikut.

1) Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB.
2) Menghomati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3) Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, baik besar maupun kecil.
4) Tidak melakukan intervensi atau camputr tangan soal-soal dalam negeri negara lain.
5) Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara mandiri atau kolektif.
6) a) Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar.
    b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7) Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun menggunakan kekerasan terhadap integritas teritoial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase, atau penyelesaian hukum dan lain-lain dengna cara damai.
9) Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
10) Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban intenasional.


Setelah berakhinya KAAI, beberapa negara di Asia dan Afrika mulai memperjuangkan nasibnya untuk mencapai kemedekaan dan kedudukan sebagai negara berdaulat penuh. KAA berpengaruh besa terhadap dunia internasional, bahkan turut mendukung lahinya organisasi Gerakan Non Blok.

Pada tahun 1965 akan diselengarakan KAA II di Algiers, Aljazair. Rencana tersebut gagal akibat konflik politik di Aljazair. Indonesia sangat kecewa atas kegagalan penyelenggaraan KAA II. Sebagai usaha mengobati rasa kekecewaan tersebut, Indonesia menyelenggarakan peringatan sepuluh tahun KAA I yang diberi nama Dasawarsa KAA. Peringatan tersebut diselenggarakan di Jakarta dan dimeriahkan dengan pergelaran budaya Asia-Afrika. Tujuannya agar spirit Bandung sebagai hasil KAA I tidak lekas pudar sehingga rasa solidaritas negara-negara Asia-Afrika terus terpelihara.

b. Peran Indonesia dalam KAA

1) Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Pancanegara II yang berlangsung tanggal 28-29 Desember 1954 di Bogor (Jawa Barat). Konferensi ini sebagai pendahuluan dan Konferens Asia Afrika.
2) Indonesia ikut memprakrasai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung (Jawa Barat). Dalam konferensi ini beberapa tokoh Indonesia menduduki peranan penting, antara lain sebagai berikut.
Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamijoyo.
Sekretaris Jenderal : Ruslan Abdulgani.
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh. Yamin.
Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roseno.
Ketua Komite Politik : Mr. Ali Sastroamijoyo.


2. Association of South East Asian Nations (ASEAN)


ASEAN
Pada tahun 1966 Indonesia mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia. Semantara itu, negara tetangga yaitu Filipina meredakan tuntutannya terhadap wilayah Sabah. Sejak saat itu negara-negara di kawasan Asia Tenggara merasa perlu membentuk organisasi regional untuk kawasan Asia Tenggara. Hal ini didukung dengan persamaan kepentingan dan permasalahan yang dihadapi negara-negaa di kawasan Asia Tenggara.

a. Perkembangan ASEAN

Berdirinya ASEAN ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Tokoh-tokoh yang menandatangani Deklarasi Bangkok adalah Adam Malik (Menteri Luar Negeri Indonesia), S Rajaratnam (Menteri Luar Negeri Singapura), Tun Abdul Razak (Pejabat Perdana Menteri Malaysia), Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand), dan Narcisco Ramos (Menteri Luar Negeri Filiphina).

Pada tanggal 8 Januari 1984 Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN. Vietnam menjadi anggota ketujuh ASEAN pada tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 23 Juli 1997 Laos dan Myanmar menjadi anggota ASEAN, disusul Kamboja pada tanggal 30 April 1999. Negaa baru, Timor Leste, yang dahulu merupakan sebuah provinsi di Indonesia hanya mendapatkan status pemerhati (observer) dalam ASEAN. Hal ini setelah menuai protes dari beberapa negara ASEAN yang tidak mendukung masuknnya Timo Leste ke ASEAN.
ASEAN memiliki beberapa tujuan antara lan sebagai berikut.
1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi, sosial, dan kebudayaan bangsa Asia Tenggara.
2) Meningkatkan stabilitas dan keamanan regional dan mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB.

3) Memelihaa kerja sama bidang organisasi regional maupun intenasional.

b. Peran Serta Indonesia dalam ASEAN

Indonesia menunjukkan peran aktif dalam ASEAN sejak masa pembentukannya. Indonesia berkeyakinan bahwa Asia Tenggara bisa berkembang menjadi kekuatan regional yang mandiri dan kuat. Peran Indonesia dalam ASEAN sebagai berikut.
1) Sebagai  negara pemrakarsa berdirinya ASEAN.
2) Sebagai penyelenggara KTT I dan IX yaitu di Bali.
3) Sebagai tempat kedudukan seketariat tetap, yaitu di Jakarta.
4) Turut menyelesaikan pertikaian antarbangsa atau negara.
5) Mendukung kesepakatan bahwa Asia sebagai kawasan yang bebas, damai, netral, atau Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN).
6. Menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting (JIM) untuk meredakan konflik di wilayah Kamboja.



3. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)



PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan sebuah organisasi internasional yang anggotanya negara-negara di dunia. PBB dibentuk untuk memfasilitasi hukum internasional, pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan sosial.

a. Perkembangan PBB

PBB didirikan di San Francisco pada tanggal 24 Oktober 1945. Pendirian PBB dilakukan setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, Sidang umum PBB pertama berlangsung pada tanggal 10 Januari 1946 di Chruch House, London. Sidang ini dihadiri wakil dari 51 negara. Pada tahun 1919-1946 terdapat sebuah organisasi yang mirip PBB. Organisasi ini bernama Liga Bangsa-Bangsa dan dianggap sebagai pendahulu PBB. Sejak berdiri pada tahun 1945-2007 jumlah anggota PBB mencapai 192 negara. Sekretaris Jenderal PBB sekarang bernama Ban Ki-Moon, berasal dari Korea Selatan. Ia menjabat sebagai sekretaris jenderal PBB sejak tanggal 1 Januari 2007.
PBB memiliki enam organ utama sebagai berikut.
1) Sidang Umum PBB.
2) Dewan Keamanan PBB.
3) Dewan Ekonomi dan Sosial PBB.
4) Dewan Perwalian PBB.
5) Sekretaris PBB.
6) Mahkamah Internasional.


b. Peran Indonesia dalam PBB

Indonesia memiliki peran besar dalam PBB. Indonesia terdaftar dalam beberapa lembaga di bawah naungan PBB. Misalnya, ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial), ILO (Organisasi Buruh Internasional), maupun FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian). Indonesia juga terlibat langsung dalam pasukan perdamaian PBB. Dalam hal ini Indonesia mengirimkan Pasukan Garuda untuk mengemban misi perdamaian PBB di berbagai negara yang mengalami konflik.

Indonesia terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk masa bakti 2007-2009. Proses pemilihan dilakukan Majelis Umum PBB melalui pemungutan suara. Pada proses pemungutan suara, Indonesia memperoleh 158 suara dukungan dan keseluruhan. 192 negara anggota yang memiliki hak pilih. Pemilihan ini merupakan kali ketiga Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB setelah periode 1974-1975 dan 1995-1996.

Sejak tanggal 1 Januari 2007 Indonesia diberi kehomatan bersama-sama dengan lima negara besar (Amerika, Inggris, Prancis, Cina, Rusia) dan sembilan negara lain untuk memutuskan upaya mengatasi konflik besar di berbagai negara. Salah satu keuntungan meningkatnya citra Indonesiadalam perpolitikan dan keamanan dunia.

4. Gerakan Nonblok (GNB)


GNB
Setelah PD II berakhir muncul dua blok kekuatan yaitu blok Barat dan blok Timur. Blok Barat dipimpin Amerika Serikat dan beraliran liberal, sedangkan blok Timur dipimpin Uni Soviet dan berideologi komunis. Kelahiran dua kekuatan tersebut merupakan ancaman serius bagi perdamaian. Oleh karena itu sebagai solusi, lahirlah Gerakan Nonblok (GNB).

KAA dianggap sebagai pendahulu bagi berdirinya GNB. KAA telah melahikan prinsip-pirnsip perdamaian, kerja sama internasional, kebebasan, kemerdekaan, dan hubungan antarbangsa. Pada tahun 1956 Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir),  Presiden Joseph Bros Tito (Yugoslavia), dan PM Jawaharial Nehru (India) mengadakan pertemuan di Brioni. Pada bulan September 1960 ketiga tokoh tersebut mengadakan pertemuan dengan Ir. Soekarno dan Nkrumah di Ghana. Kegiatan tersebut diikuti dengan pertemuan persiapan bagi konferensi GNB di Kairo bulan Juni 1961. Dalam konferensi di Kairo merumuskan kriteria negara yang akan diundang dalam KTT GNB I maupun prinsip-prinsip GNB.

a. Perkembangan GNB 

Pasca Perang Dingin, kerja sama anggota GNB tampak masih bersemangat. Saat itu, kepemimpiman dipegang oleh Indonesia (1992-1995). Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang, antara lain sebagai berikut.
1) Pelatihan tenaga kesehatan dan Keluarga Berencana.
2) Studi banding para petugas pertanian.
3) Menghidupkan kembali dialog Utara Selatan untuk memperingati hutang luar negeri negara berkembang.

Setelah kepemimpiman diganti Kolombia, kerja sama antaranggota mulai berkurang, oleh karena itu perlu digiatkan kembali, (revitalisasi). Hal ini mulai dilakukan saat KTT GNB ke 13 tahun 2003 di Malaysia dan KTT ke-14 di Kuba tahun 2006. Akan tetapi belum membutuhkan hasil.

b. Peran Indonesia dalam GNB

Keikutsertaan Indonesia dalam GNB disebabkan kesesuaian prinsip GNB dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Indonesia berkeyakinan bahwa perdamaian hanya tercipta apabila tidak mendukung fakta militer atau aliansi militer. Hal ini berarti GNB dianggap paling tepat. Berikut ini peran Indonesia dalam GNB.
1) Indonesia berperan sebagai pelopor berdirinya GNB. Sejak dalam gagasan pembentukan Presiden Soekarno menggagas pembentukan GNB. Akhinya bersama empat pemimpin negara India, Ghana, Yugoslavia, dan Mesir, Indonesia mendeklarasikan berdirinya GNB. Indonesia juga aktif dalam persiapan penyelenggaraan KTT GNB di Beograd.
2) Dalam KTT GNB X tahun 1992, Indonesia berperan sebagai tuan rumah penyelenggaraan KTT dan Presiden Soeharto bertindak sebagai ketua GNB.
3) Indonesia memprakarsai kerja sama teknis  di beberapa bidang misalnya bidang pertanian dan kependudukan.
4) Indonesia mencetuskan upaya menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan.


Baca Juga: Tujuan, Hambatan, dan Bentuk-bentuk Kerjasama Ekonomi.

Sumber: LKS IPS Kelas IX

Demikianlah artikel saya kali ini tentang Perkembangan Lembaga Internasional dan Peran Indonesia Dalam Kerjasama Internasional. Semoga bermanfaat bagi Anda. Jika Anda menyukai artikel ini tolong dibagikan ya. Sekian dan Terimakasih.

Get notifications from this blog

 
close